Cari Blog Ini

Jumat, 20 Agustus 2010

Implementasi Social Entrepreneurship oleh STUDENTpreneurs, Mahasiswa yang Tergabung dalam Entrepreneurship Development Unit (EDU)-KM IPB, di Desa Suka Damai, Kecamatan Dramaga, Bogor

Desa Suka Damai adalah salah satu desa di kecamatan Dramaga, Bogor, yang merupakan sentra home industry penghasil aneka sepatu anak-anak, bayi, dan balita. Gambaran umum kondisi kesejahteraan desa terkait dengan produksinya yang kami dapat dari salah satu pengurus kecamatan adalah kondisi yang tidak sebanding antara produktivitas dan tingkat kesejahteraan. Setelah kami berdiskusi dengan salah seorang tokoh masyarakat, kami mendapatkan adanya beberapa hal yang mendukung kondisi tersebut. Beberapa permasalahan umum yang dihadapi oleh para pengrajin sepatu di sana.
Pengrajin sepatu desa Suka Damai yang belum berkembang dinilai memiliki kemampuan dan pengetahuan akan pemasaran (marketing skill) serta semangat kebersatuan (spirit of unite) yang masih rendah. Permasalahan ini merupakan permasalahan umum yang sepertinya sering dihadapi oleh UKM-UKM di negeri ini, mereka tahu bagaimana cara untuk memproduksi sesuatu tetapi tidak tahu bagaimana cara untuk memasarkannya, tidak tahu bagaimana cara untuk menjualnya. Pemasaran yang seharusnya bisa lebih optimal tapi karena masih rendahnya pengetahuan akan pemasaran itu sendiri menjadikan hasil produksi hanya diletakkan di beberapa lokasi saja, dan tidak pernah berkembang. Pun tidak jarang yang kemudian harus kembali ke gudang karena tidak terjual. Ujung-ujungnya semangat “banting harga” yang terjadi. Beberapa pengrajin dinilai sukses karena mereka tahu bagaimana memasarkan produknya, atau sudah memiliki kerjasama dengan distributor tertentu. Namun yang seperti ini jumlahnya tidak banyak.
Ironisnya lagi, ketika semangat kebersatuan (spirit of unite) masih rendah dalam hal bersatu untuk bersama-sama memajukan usaha desa, tidak jarang yang terjadi adalah saling menjatuhkan dan berebut pasar/konsumen antara UKM yang satu dengan UKM yang lain di desa tersebut. Contoh kasus yang terjadi, menurut pengurus kecamatan; Ada calon pembeli yang ditawari harga satu kodi sepatu bayi adalah Rp. 80.000,- oleh pelaku UKM A misalnya. Kemudian oleh pelaku UKM B, dia mendatangi calon pembeli tersebut dan menawarkan dengan harga yang lebih rendah menjadi Rp 60.000,- misalnya, untuk jumlah yang sama yaitu satu kodi sepatu bayi. Sungguh sebuah persaingan (cara menjual) yang tidak sehat dan justru merugikan. Contoh kasus yang kemudian dibenarkan adanya oleh tokoh masyarakat yang kami temui.
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, sebenarnya sudah banyak pelatihan-pelatihan yang masuk ke desa Suka Damai, baik dari pemerintah maupun swasta khususnya perbankan. Namun yang selalu terjadi adalah apa yang dilatihkan hilang seiring dengan selesainya pelatihan yang diikuti, atau bertahan untuk beberapa bulan tapi kemudian kondisi kembali lagi seperti yang telah disebutkan di atas. Tidak ada perubahan, tidak ada perkembangan. Sehingga disimpulkan bahwasanya inti permasalahan terletak pada manusia (people) atau sumberdaya manusia (SDM)nya. Pelatihan-pelatihan yang pernah diadakan sebelumnya pada akhirnya tidak berhasil dengan baik bisa jadi karena tidak diawali dengan perubahan pada paradigma berpikir. Karena sesungguhnya non sense segala bentuk upaya perubahan pada titik praktik, tingkah laku, atau sikap jika tanpa diawali dengan perubahan pada paradigma berpikir. Hasilnya hanya akan tampak beberapa hari atau paling lama beberapa pekan. Setelahnya, yang tertinggal hanya cerita tentang perubahan itu sendiri. Sehingga sayang ketika potensi yang ada tidak bisa teroptimalisasikan hanya karena faktor manusia.

Tidak ada komentar: